Bagi bangsa Israel, nama bukan sekedar sebutan, panggilan atau tanda pengenal; tetapi menyatakan sifat, karakter, atau kepribadian dari pemilik nama itu. Sebagai anak anak-Nya, kita harus menjaga nama baik Bapa. Karena itu, cara kita berbicara, berpikir, bertindak, bekerja, studi dan lain sebagainya, harus mencerminkan anak anak Bapa surgawi.
Yesus mengajak para murid-Nya untuk “menguduskan nama Bapa”, yakni dengan melakukan perbuatan perbuatan baik di tengah tengah orang banyak, supaya dengan melihat perbuatan perbuatan baik tersebut, mereka pun akhirnya “memuliakan Bapa yang di surga” (Matius 5:16).
Jadi, tidak cukup dengan ucapan bibir (Yesaya 29:13; Matius 15:8; Markus 7:6) dan berseru: “Kudus, Kudus, Kuduslah Tuhan!” (Yesaya 6:3; Wahyu 4:8), melainkan dengan berbuat baik dalam hidup sehari hari (Matius 7:21; II Tesalonika 3:13; Yakobus 2:14)
Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di surga, dikuduskanlah nama-Mu” (Matius 6:9)
Pernahkah anda berpikir, mengapa setelah panggilan “Bapa Kami yang di surga”, di lanjutkan dengan sebuah petisi, “Dikuduskan nama-Mu”? Mengapa Tuhan Yesus tidak menempatkan urusan roti sebagai petisi pertama?
Apakah artinya “Dikuduskan nama-Mu”? Apakah dengan mengucapkan petisi ini, kita meminta agar nama Allah semakin kudus Apakah kita hendak menambahkan kekuduskan esensi Allah? Tentu tidak!
Allah adalah Allah yang maha Sempurna. Dia tidak akan menjadi lebih besar melalui pengakuan kita, karena Dialah yang maha besar. Dan petisi ini bukanlah untuk menambahkan kekuduskan pada esensi Allah yang maha kudus tetapi merupakan sebuah ungkapan hati yang rindu agar nama Bapa dimuliakan, ditinggikan, diutamakan, dan disakralkan oleh umat-Nya di antara bangsa bangsa.
Dengan demikian, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa petisi utama ini, bukan sekadar pemohonan atau pernyataan kepada Allah. Petisi ini membawa konsekuensi bagi umat-Nya agar menjaga kekudusan nama Bapa dalam kehidupanNya
Jangan sampai nama Allah dihujat orang seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus “Seperti ada tertulis “Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa bangsa lain” (Roma 2:24)
Doa Bapa kami adalah doa yang lahir dari pemikiran yang sangat rohani, dimana prioritas pertamanya adalah “Dikuduskanlah nama-Mu”
Doa Bapa kami juga merupakan sebuah pola untuk berdoa dengan benar, bukan hanya sekadar untuk dihafalkan, karena sesungguhnya setiap kata, frase dan kalimat di dalamnya mengandung makna yang dalam.
Doa, dalam kekristenan adalah hubungan dengan Allah sendiri, bukan seperti mantra yang diucapkan untuk memuaskan segala keinginan manusiawi kita.
“Dikuduskanlah Nama-Mu” menjadi sebuah dasar yang penting bagi permintaan selanjutnya. Sebelum kita berbicara kepada Bapa tentang roti, tentang dosa, tentang diri kita
Ketika kita menempatkan kekudusan Nama Allah di tempat terutama, maka keinginan kita, permintaan kita tidak akan bertentangan, namum selaras, dengan sifat Allah yang kudus
Heart:
Renungkanlah sejenak akan petisi “Dikuduskanlah Nama-Mu” Apakah Allah menempati tempat terutama dalam hati anda? Apakah Dia duduk bertahta di hati anda, atau adakah sesuatu/ seseorang yang sangat penting melebihi keberadaan Allah dalam hidup anda?
Head:
Pikirkan tentang hubungan pribadi anda dengan Allah
Hand:
Buatlah skala prioritas dalam mengatur waktu. Usahakan untuk memiliki saat teduh bersama Allah untuk membangun hubungan dengan Allah
SHARED BY
Al.Kira
Source:
Kingdom Lifestyle
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment